Jakarta, CNBC Indonesia – Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2024 diperkirakan melandai ke bawah 5% (year on year/yoy). Pelemahan pertumbuhan terutama dipicu oleh melandainya konsumsi masyarakat.
Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data pertumbuhan ekonomi kuartal II-2024 pada Senin (5/8/2024).
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 14 institusi memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal Ii-2024 mencapai 4,98% (yoy) dan 3,73% dibandingkan kuartal sebelumnya (quarter to quarter/qtq).
Sebagai catatan, ekonomi Indonesia tumbuh 5,11 (yoy) pada kuartal I-2024 dan terkontraksi 0,83% (qtq).
Pertumbuhan ekonomi kuartal II-2024 yang diproyeksi lebih rendah dibandingkan kuartal I-2024 bisa menambah rentetan kabar buruk bagi Indonesia dan pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di awal Agustus.
Sebelumnya, Indonesia juga sudah mendapat dua kabar buruk yakni terjadinya deflasi selama tiga bulan beruntun serta terkontraksinya PMI Manufaktur pada Juli 2024.
https://datawrapper.dwcdn.net/aMxAX/1/
Konsensus CNBC Indonesia sejalan dengan perkiraan pemerintah. Menteri Keuangan Sri Mulyani memproyeksi ekonomi Indonesia masih bisa tembus 5% pada kuartal II-2024.
“Pertumbuhan ekonomi kuartal II 2024 kami perkirakan antara April-Juni yang sudah selesai akan tumbuh di 5,0 persen atau sedikit di atas 5 persen yoy,” ujarnya dalam Konferensi Pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Jumat (2/8).
Bila merujuk konsensus proyeksi yang ada di angka 4,98%, maka pertumbuhan kuartal II akan menjadi yang terendah sejak kuartal III-2023 atau dalam tiga kuartal terakhir. Pertumbuhan di angka 4,98% juga akan di bawah historisnya yakni 5% lebih. Dalam rentang waktu kuartal I-2022-kuartal I 2024, ekonomi Indonesia selalu tumbuh di atas 5%. Pengecualian terjadi pada kuartal III-2023.
Data BPS menunjukkan pertumbuhan ekonomi kuartal II selalu di atas 5% pada periode 2018-2023, kecuali pada 2020 di mana pandemi Covid-19 baru melanda dunia.
Tingginya pertumbuhan kuartal II ditopang oleh meningkatnya permintaan barang selama Ramadhan dan Idul Fitri.
Sepanjang kuartal II-2024, ekonomi Indonesia masih terbantu oleh Hari Raya dan libur panjang. Sebagai catatan, Idul Fitri jatuh pada 10 April 2024 dan Idul Adha pada 17 Juni 2024. Sepanjang Mei 2024 juga dipenuhi banyak libur panjang Cuti Bersama Waisak dan Yesus Kristus.
Kendati banyak Hari Raya dan libur panjang, permintaan dan belanja masyarakat justru terlihat tertekan pada kuartal II-2024. Padahal, konsumsi merupakan penggerak pertumbuhan ekonomi Indonesia dan berkontribusi sekitar 53-56% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Motor penggerak pertumbuhan ekonomi lainnya seperti ekspor, investasi, dan belanja pemerintah diharapkan bisa menopang PDB di tengah lesunya konsumsi.
Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro menjelaskan proyeksi pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah untuk kuartal kedua 2024 terkait dengan normalisasi aktivitas ekonomi setelah pemilihan umum dan konsumsi yang lebih tinggi secara musiman selama perayaan Ramadan pada kuartal sebelumnya. Seeprti diketahui, pemilu digelar pada 14 Februari 2024 sementara Ramdhan berlangsung dari 11 Maret-10 April 2024.
Dalam hitungan Bank Mandiri, konsumsi rumah tangga dan belanja pemerintah diproyeksikan tumbuh masing-masing sebesar 4,7% dan 11,2%. Sementara itu, investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) diperkirakan akan menunjukkan pertumbuhan yang lebih tinggi sebesar 4,7%, didorong oleh peningkatan penjualan semen untuk properti.
“Ekspor bersih diproyeksikan akan membaik karena kinerja ekspor yang lebih baik pada kuartal kedua 2024,” ujar Andry, kepada CNBC Indonesia.
Konsumsi Melandai, Daya Beli Melemah?
Sejumlah indikator menunjukkan konsumsi Indonesia tengah melandai. Kondisi tersebut tercermin dari terjadinya deflasi, menurunnya Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK), hingga turunnya penjualan mobil.
IKK yang dirilis Bank Indonesia (BI) menunjukkan terjadinya penurunan dari titik tertingginya pada April 2024 yakni sebesar 127,7 kemudian terus menurun hingga menyentuh 123,3 pada Juni 2024. Sebagai informasi, angka tersebut merupakan yang terendah sejak Februari 2024.
Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI) Telisa Aulia Falianty mengatakan bahwa pelemahan daya beli terlihat dari IKK yang menurun.
Telisa mengatakan, yang lebih buruk lagi, dari data IKK hasil Survei Bank Indonesia itu ialah seluruh kelompok pengeluaran masyarakat mengalami penurunan indeks. Diikuti pola anomali, yaitu tabungan para konsumen itu ikut turun, yang menandakan pendapatan mereka tak cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok.
Untuk optimisme konsumen yang turun per pengeluaran, yakni kelompok pengeluaran Rp 1-2 juta turun dari 114,9 pada Mei 2024 menjadi 109,2 pada Juni 2024, kelompok pengeluaran Rp 2,1-3 juta angka indeksnya turun dari 119,6 menjadi 116,5, kelompok Rp 3,1-4 juta turun dari 127,4 ke 124,8, kelompok Rp 4,1-5 juta turun dari 129,1 ke 127,9, sementara kelompok di atas Rp 5 juta naik dari 127,8 menjadi hanya 130,3.
Melandainya permintaan juga terlihat dari ambruknya aktivitas manufaktur. Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia tercatat mengalami kontraksi sejak 2021 atau tiga tahun terakhir.
S&P Global pada Kamis (1/8/2024) telah merilis data PMI Manufaktur Indonesia, yang menunjukkan jatuh dan terkontraksi ke 49,3 pada Juli 2024. PMI Manufaktur Indonesia terus memburuk dan turun selama empat bulan terakhir yakni sejak April-Juli 2024. Artinya, pada kuartal II-2024 terus terjadi penurunan PMI Manufaktur Indonesia secaraterus menerus di mana salah satunya disebabkan oleh melemahnya permintaan dari domestik.
Penjualan kendaraan bermotor pada kuartal II-2024 memang masih mengalami batu sandungan.
Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia atau Gaikindo menunjukkan penjualan motor pada kuartal II-2024 atau April-Juni mencapai 1,44 juta unit. Jumlah tersebut naik 4,21% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sebaliknya, penjualan mobil ambruk 13,8% menjadi 192.944 unit pada periode April-Juni 2024.
Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri menjelaskan adanya peralihan minat berkendara ini terjadi akibat terbatasnya pendapatan. Oleh karena itu, motor menjadi pilihan masyarakat Indonesia.
“Pembelian mobil baru menurun. Orang membeli mobil bekas, atau bahkan pindah ke sepeda motor. Rangkaian data ini seperti datang dengan pesan daya beli kelas menengah bawah memang tergerus,” tutur Chatib, kepada CNBC Indonesia, beberapa waktu lalu.
Terjadinya deflasi dalam tiga bulan beruntun juga bisa mengindikasikan adanya pelemahan daya beli. BPS mencatat Indeks Harga Konsumen (IHK) sudah mengalami penurunan atau deflasi (month to month/mtm) sepanjang Mei-Juli 2024. Kondisi ini sangat langka terjadi karena deflasi selama tiga bulan beruntun hanya terjadi dua kali dalam 38 tahun terakhir yakni pada 1999 dan 2020.
Harga pangan memang melandai tetapi harga saat ini sudah jauh di atas dua tahun lalu. artinya, masyarakat harus mengeluarkan uang lebih banya untuk membeli barang dengan volume yang sama.
Data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPSN )atas data bulanan menunjukkan harga beras dalam dua tahun terakhir atau pada periode Agustus 2022-Juli 2024 sudah melesat Rp 3.600 atau 28% per kg pada Juli 2024, harga minyak goreng sudah melesat Rp 1.300 atau 9,12% dan harga gula pasir menanjak Rp 3.200 per kg atau 20,4%.
Harga beras bahkan terus mencetak rekor demi rekor dan sempat menembus Rp 18.000/kg di beberapa wilayah pada Februari 2024.
https://datawrapper.dwcdn.net/Nx6gH/1/
Momen kuartal II-2024 erat kaitannya dengan peristiwa El Nino. Sebagai catatan, El Nino adalah salah satu dampak dari suhu laut yang lebih hangat di Samudera Pasifik, memengaruhi pola curah hujan di Indonesia. Ketika El Nino aktif, Indonesia mengalami musim kemarau yang panjang, mengakibatkan kekeringan dan kurangnya pasokan air.
Kekeringan yang terjadi ini membuat harga pangan merangkak naik. Hal ini terlihat dari inflasi barang bergejolak/volatile foods yang terpantau berada di level cukup tinggi.
Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa inflasi volatile foods sebesar 10,33% yoy pada Maret 2024 atau tertinggi sepanjang tahun ini. Kemudian terus melandai hingga Juni 2024 dan tumbuh sebesar 3,63% yoy.
Kendati sepanjang kuartal II-2024 terlihat inflasi volatile foods terus melandai, namun harga pangan tampak berada di level yang cukup tinggi.
Peran Ekspor Mengecil?
Kontribusi ekspor dalam menopang ekonomi diperkirakan semakin berkurang sejalan dengan melandainya harga komoditas seperti batu bara dan minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO). Kondisi tersebut membuat pertumbuhan ekspor semakin menipis sehingga kemampuannya dalam mendongrak ekonomi berkurang.
Nilai ekspor pada kuartal II-2024 tercatat US$ 62,79 miliar atau tumbuh 1,94% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (yoy). Sebagai perbandingan, ekspor masih tumbuh 2,7% pada kuartal II-2023.
Sebaliknya, nilai impor pada kuartal April-Juni 2024 meningkat 1,8% (yoy). Sebagai perbandingan, pada April-Juni 2023, impor masih terkontraksi.
Investasi Mulai Bangkit?
Data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi investasi di Indonesia pada kuartal II-2024 mencapai Rp428,4 triliun. Capaian tersebut didorong oleh pertumbuhan penanaman modal asing (PMA) sebesar Rp217,3 triliun sementara penanaman modal dalam negeri (PMDN) sebesar Rp211,1 triliun.
Secara tahunan, investasi tumbuh 22,5% (yoy) pada kuartal II-2024. Pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan kuartal II-2023 yang hanya 15,7%. Meningkatnya investasi diharapkan bisa menopang PDB di tengah lesunya konsumsi dan ekspor.
Namun perlu dicatat jika realisasi investasi yang dicatat BKPM di luar investasi sektor hulu migas, perbankan, lembaga keuangan non bank, asuransi, sewa guna usaha, industri rumah tangga, dan usaha mikro dan usaha kecil
Belanja Pemerintah Membaik
Belanja negara pada kuartal II-2024 tercatat Rp 786,15 triliun atau naik 6,7% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kondisi ini berbanding terbalik dengan kontraksi 2% pada kuartal Ii-2023.
Kenaikan belanja tercatat untuk belanja bantuan sosial, belanja barang, dan modal. Namun, belanja pegawai terkontraksi 1,9% menjadi Rp 133,4 triliun.
Sebagai catatan, pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) pegawai negeri sipil(ASN) tahun ini banyak diberikan pada Maret 2024 atau kuartal I-2024 karena Idul Fitri jatuh di awal April. Sementara itu, pemberian THR diberikan pada 2023 banyak diberikan pada April karena Idul Fitri jatuh pada akhir April.
Belanja bansos Rp 48,19 triliun pada kuartal II-2024 atau naik 1% sementara belanja modal melesat 25% menjadi Rp 48,19 triliun dann belanja barang naik 6,2% menjadi Rp 94,96 triliun.
Sumber: https://datawrapper.dwcdn.net/kCBn3/1/
Posted in Polling